Minggu, 24 April 2016

Nine Point Eight


Inspiration : Mili - Nine Point Eight

----------------------------------
Calla lily, carnation, daisy 
Silently chase away your worries
Chrysanthemum, kalanchoe
Become your shield whenever you fall asleep 

Lisianthus
Aroma drags me out of where I was
Cream rose, stargazer, iris
Construct the map that helps me trace your steps 


Minggu, 10 April 2016

Warna Penyesalan




Maukah kau menoleh, melihat ke belakang untuk sementara?
Maukah kau melihat dirimu yang lalu, yang sedang bermanja dalam dekapan orang tuamu?
Dulu kau adalah malaikat kecil, dengan senyum dan tawa nan ceria, bermain dan berlari bersama seumuranmu.
Menerima dunia dengan optimisme, tak peduli dengan semua perubahannya.
Hanya satu pemikiranmu : dunia bagai pelangi penuh warna!
Oh betapa indahnya, betapa menyenangkannya.
Rindukah engkau dengan masa itu?

Namun waktu nan kejam menghancurkan semua.
Kau dihempas, dikucilkan, dihina oleh dunia yang kau anggap indah itu
Perlahan namun pasti, kau mulai kehilangan warnamu
Kemana perginya senyum dan tawa itu?
Optimisme itu, hilang tak bersisa.
Hancur menjadi debu lalu terbawa angin

Masih terwujudkah pemikiranmu itu?
Benarkah dunia masih seindah bayangmu dulu?
Putih abu-abulah warnamu sekarang
Akankah kau berwarna lagi?

Jumat, 08 April 2016

Topeng





Tersenyumlah, kawan! Berbahagialah!
Tawailah sang pelawak di depan: dia tak lebih dari seorang penipu!
Ha... ha... ha...
Lihatlah topeng konyolnya itu
Kuyakin dibaliknya ia sedang menggerutu, mengutuki nasib
Wajahnya basah oleh airmata, dengan lengkungan tak menyenangkan di wajah
Namun ia terus saja memakai topeng itu
Berharap bisa menipu kita!

Huuu!
Oh, ayolah penipu! Kutahu kau lebih pintar dari itu!
Tapi tak mengapa, ayo kita tertawai saja dia
Ayo semuanya, tertawa!

Remaja




Ku berlari, terus berlari
Gelap, di mana ini?
Di mana ayahku?
Di mana ibuku?
Siapa kepercayaanku?
Mengapa semua berubah?
Apa yang harus kulakukan?
Jadi apa aku nanti?

Siapa aku?

Teruskan saja




Melangkah di atas jalur yang kau pilih
Menengadah, kutuklah nasibmu nan pedih
Lihatlah sekelilingmu, kawan : hancur!
Lihat apa yang telah kau lakukan dengan dirimu
Lihat, lihat!

Laramu adalah hasilmu sendiri
Mimpimu, fantasimu, semuanya bunga tidur semata
Lihatlah sekarang!
Apalah gunanya menjerit, kawan
Bahkan hingga leher putus pun kau tetaplah tak lebih dari sampah di bumi ini

Biarlah! Kau kata
Lupakan! Kau teriak
Baiklah, teruskan saja